Firman Allah Taala:
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
” .. Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Surah Al-Kahfi 110)
فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ
” .. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (Surah Al-Zumar 2).
- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنْ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. (أبو داود وابن ماجه)
Dari Abu Hurairah, r.a., dari Nabi s.a.w., sabdanya: “Barangsiapa yang mempelajari sesuatu ilmu dari jenis-jenis ilmu yang tujuannya untuk mencapai keridhaan Allah, sedang ia tidak mempelajarinya melainkan untuk mendapatkan bagian dari dunia (harta benda atau pengaruh), niscaya ia tidak akan dapat mencium bau surga, pada hari kiamat kelak.” ( Abu Daud dan Ibnu Majah)
Hadis ini menerangkan:
Orang yang mempelajari ilmu agama dengan tujuan mendapatkan keduniaan, maka ia tidak akan dapat mencium bau surga.
Uraiannya:
Tiap-tiap perbuatan adalah dinilai menurut tujuan orang yang melakukannya. Suatu perkara yang dilakukan oleh dua orang dengan tujuan yang berlainan, maka berlainan pula nilainya, kerana tujuanlah yang mendorong seseorang melakukan sesuatu perbuatan itu. Oleh itu, seseorang penuntut Ilmu hendaklah membersihkan hatinya supaya ilmu dan amal yang diusahakannya sungguh-sungguh kerana Allah, bukan kerana kepentingan dunia.
Dalam hadits ini, Rasulullah menegaskan: Bahwa orang yang menuntut ilmu agama untuk mendapatkan dunia semata-mata, maka ia bukan saja tidak memasuki surga bahkan tidak dapat mencium baunya, karena orang yang demikian telah menyelewengkan agama Allah dan telah menjualnya dengan keduniaan. Oleh karena itu sudah selayaknya ia menerima balasan yang seburuk-buruknya.
Oleh karena itu, balasan yang buruk yang tersebut dalam hadits ini, tidak ditimpakan kepada orang yang menuntut ilmu agama dengan ikhlas, kemudian ia memperoleh keduniaan sebagai nikmat pemberian yang disegerakan Allah kepadanya, maka orang yang demikian tidak dikecam oleh syara’, karena ia tidak menyelewengkan agama Allah dan tujuannya yang sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar